Skip to main content

Posts

Showing posts from 2025

Puasa di Negeri Orang: Merawat Iman di Tengah Tantangan

Ramadhan selalu membawa rasa rindu. Rindu pada suara bedug magrib, rindu pada kebersamaan berbuka dengan keluarga, rindu pada suasana masjid yang ramai oleh lantunan doa dan tadarus. Namun, bagi mereka yang menjalani Ramadhan di perantauan, kerinduan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan ujian sejati tentang seberapa kuat iman dan keteguhan dalam menjalankan ibadah di lingkungan yang berbeda. Puasa kali ini mengingatkan Kembali pengalaman bersama keluarga menjalani ibadah puasa di Australia, negeri yang jauh dari gemerlap suasana Ramadhan seperti di Indonesia. Tidak ada pawai menyambut bulan suci, tidak ada warung yang tutup di siang hari sebagai bentuk penghormatan, dan tentu saja, tidak ada suara azan berkumandang dari masjid-masjid setiap saat. Di sini, kehidupan berjalan seperti biasa, tanpa ada tanda-tanda bahwa Ramadhan sedang berlangsung. Di Indonesia, kita terbiasa dengan aturan yang mendukung ibadah puasa. Rumah makan banyak yang tutup di siang hari, pusat hiburan malam mengu...

Menjemput Impian

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Raka bersama beberapa sahabat karibnya membuka kursus bahasa Inggris. Bukan di gedung mewah, tetapi di tempat sederhana yang penuh semangat dan kehangatan. Mereka tak sekadar mengajarkan bahasa, tetapi juga menumbuhkan mimpi dan keyakinan bahwa dunia luas menanti untuk dijelajahi. Program andalan mereka adalah “Perkampungan Bahasa Inggris”, sebuah kegiatan intensif dua minggu yang diadakan di sebuah benteng peninggalan kerajaan masa lalu. Tempat bersejarah yang anggun dengan tembok kokoh, menyimpan kenangan masa lampau dan aura romantis yang tak tertandingi. Di sana, di bawah langit jingga senja, peserta tak hanya belajar bahasa, tapi juga menyelami keindahan masa lalu dan merajut impian tentang masa depan. Di antara dinding kokoh benteng itu, Raka menjadi instruktur andalan. Retorikanya memikat, suaranya tenang namun penuh wibawa, dan senyumnya selalu membawa kehangatan. Ia mengajarkan bahasa dengan cara yang berbeda, membuat kata-kata terasa hidup dan...

Pelajaran dari Kasus Bojes dan Lia: Popularitas, Empati, dan Tanggung Jawab Netizen

Angin pelabuhan di Majene berhembus kencang, membawa serta isak tangis yang membelah keheningan. Lia, dengan mata sembab dan suara parau, meronta menahan kepergian Bojes. Kapal besar itu seakan menjadi saksi bisu dari drama cinta yang tak terduga. Bojes, dengan hati yang berat, terpaksa turun dari kapal, mengalah pada gelombang emosi yang meluap. Kisah mereka, yang terekam dalam video amatir, dengan cepat menyebar di dunia maya. Netizen, bak paduan suara tak terduga, ikut larut dalam emosi yang sama. Ada yang tersentuh, ada yang menghakimi, namun tak sedikit pula yang tergerak untuk membantu. Simpati dan bantuan mengalir deras, seolah membuka pintu rezeki bagi pasangan yang sedang dirundung asmara itu. Namun, di balik riuhnya dukungan, terselip bisikan sinis dan sorot mata curiga. Popularitas, dengan wajahnya yang ambigu, membawa berkah sekaligus kutukan. Ada yang tulus berbagi, ada pula yang sekadar menumpang tenar, memanfaatkan momen untuk mendongkrak popularitas diri. Bojes dan Lia,...

Ayah Mertua Berpulang

Innalillahi wainnailaihi rojiun. Malam itu (21/02/2025), langit Jakarta kelabu, seolah menahan napas panjang yang tak kunjung terhembus. Udara selepas magrib terasa lebih berat dari biasanya, membawa firasat yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku baru saja menyelesaikan rutinitas jogging di sekitar GBK, tempat di mana keringat dan kelelahan menjadi ritual sederhana untuk menjaga kebugaran. Seperti biasa, perjalanan pulang ke rumah adalah momen tenang bagiku, saat pikiran mulai merangkai rencana-rencana esok hari. Namun, ketenangan itu pecah oleh dering ponsel yang tiba-tiba memecah kesunyian mobil. Getarannya mengguncang dada, menyayat rasa, menghantarkan kabar yang tiada pernah terbayang sebelumnya. Dari seberang sana, suara istri terdengar lirih, ia menangis, isaknya terputus-putus terisak "Bapak... Bapak sudah tiada," katanya, nyaris tak terdengar di antara helaan napas yang tertahan. Aku sedang dalam perjalanan pulang. Langit Jakarta mulai gelap. Jalanan terasa pa...

Cerber: Cahaya di Balik Langit Kelabu (2)

Matahari terbit dengan warna pucat di atas tanah retak yang seolah kelelahan menanti hujan. Langit tetap kelabu, angin tetap membawa debu, dan kehidupan di desa kecil itu terus berputar tanpa kejutan. Raka, yang dahulu menjadi kebanggaan sekolahnya, kini hanya seorang pemuda yang hilang bak tertelan masa. Setelah lulus SMA, ia kembali ke ladang, menyatu dengan tanah yang pernah menjadi saksi perjuangan ibunya. Setahun lamanya ia memegang cangkul, menanam singkong, mengangkut hasil panen, dan menjualnya ke pasar bersama ibunya. Ia mencoba menerima kenyataan bahwa mimpinya telah kandas, bahwa ilmu yang ia kejar hanya akan menjadi bayangan yang pudar seiring waktu. Namun, hidup punya caranya sendiri dalam menyalakan kembali api yang hampir padam. -------- Suatu hari, di tengah kesibukannya membantu ibunya di pasar, Raka bertemu dengan seorang pria paruh baya yang sedang mengadakan kegiatan sosial di desanya. Pria itu melihat sesuatu dalam diri Raka—cahaya yang redup tapi belum benar-benar...

Cerber: Mimpi di Tanah Gersang: Cahaya Kecil yang Menolak Padam (1)

Di bawah langit yang seolah enggan tersenyum, awan-awan kelabu menggantung berat seperti beban yang tak terucapkan. Tanah tandus, retaknya menganga bagai luka purba yang tak pernah sembuh, menelan harapan yang tumbuh terlalu rapuh. Angin melolong seperti ibu yang kehilangan anaknya, membawa kisah-kisah nestapa yang berulang, seakan masa lalu dan masa depan berbaur dalam satu warna: debu dan luka. Di sebuah desa yang nyempil di tengah pegunungan tandus, lahirlah seorang anak dengan dada penuh bara. Namanya Raka—sebutir cahaya kecil yang menolak padam, meski angin bertiup kencang untuk memadamkannya. Ia tak dilahirkan di atas hamparan sutra, tak pula dibesarkan dalam pelukan kelembutan. Rumahnya berdiri ringkih, berdinding bambu yang tua dan berderit setiap kali angin menyentuhnya. Atapnya berlubang-lubang, membiarkan hujan turun seperti cucuran air mata yang menyelinap di malam-malam sunyi. Namun, meski rumah itu ringkih, cinta di dalamnya kokoh seperti akar pohon yang menembus bumi tan...

Cerpen: Kisah Cinta Bojes dan Lia: Perpisahan memang Menyakitkan

Matahari sore itu mulai tenggelam, meninggalkan jejak-jejak jingga di langit. Angin laut bertiup pelan, membawa aroma asin dan dinginnya harapan yang belum pasti. Di Pelabuhan Majene, kerumunan orang berdesakan, sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, di antara hiruk-pikuk itu, ada dua sosok yang tampak begitu kontras—Bojes dan Lia. Bojes, pemuda tegap dengan hati yang penuh dilema, berdiri di dekat tangga kapal. Ia memandang ke arah Lia, gadis yang selama ini menjadi alasan mengapa ia tetap bertahan dalam hidup. Mata Lia basah oleh air mata, tubuhnya gemetar, dan wajahnya penuh dengan rasa tak rela. Mereka hanya saling menatap, tanpa kata, namun ribuan emosi mengalir di antara mereka. Klakson kapal berbunyi panjang, tanda bahwa waktu keberangkatan semakin dekat. Bojes mencoba melangkah maju, namun kakinya terasa seperti tertambat di dermaga. Hatinya berontak. Ia ingin pergi demi masa depan yang lebih baik, tapi di saat yang sama, ia tidak sanggup meninggalkan Lia, gadis yang telah m...