Skip to main content

Pelajaran dari Kasus Bojes dan Lia: Popularitas, Empati, dan Tanggung Jawab Netizen

Angin pelabuhan di Majene berhembus kencang, membawa serta isak tangis yang membelah keheningan. Lia, dengan mata sembab dan suara parau, meronta menahan kepergian Bojes. Kapal besar itu seakan menjadi saksi bisu dari drama cinta yang tak terduga. Bojes, dengan hati yang berat, terpaksa turun dari kapal, mengalah pada gelombang emosi yang meluap.

Kisah mereka, yang terekam dalam video amatir, dengan cepat menyebar di dunia maya. Netizen, bak paduan suara tak terduga, ikut larut dalam emosi yang sama. Ada yang tersentuh, ada yang menghakimi, namun tak sedikit pula yang tergerak untuk membantu. Simpati dan bantuan mengalir deras, seolah membuka pintu rezeki bagi pasangan yang sedang dirundung asmara itu.
Namun, di balik riuhnya dukungan, terselip bisikan sinis dan sorot mata curiga. Popularitas, dengan wajahnya yang ambigu, membawa berkah sekaligus kutukan. Ada yang tulus berbagi, ada pula yang sekadar menumpang tenar, memanfaatkan momen untuk mendongkrak popularitas diri. Bojes dan Lia, yang semula hanya dua insan dengan cinta sederhana, kini harus beradaptasi dengan sorotan publik yang tak pernah mereka bayangkan.
Popularitas, layaknya kembang api, meledak indah di langit malam, namun tak lama kemudian meredup dan menghilang. Kasus Bojes dan Lia, meskipun saat ini menjadi buah bibir, kemungkinan besar akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Itulah sifat media sosial, yang selalu mencari sensasi baru untuk dikonsumsi publik.
Namun, di balik semua itu, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Cinta, dalam kesederhanaannya, mampu menggerakkan hati manusia. Empati dan solidaritas, meski seringkali langka, masih bersemayam dalam diri sebagian orang. Etika bermedia sosial, yang seringkali diabaikan, menjadi pengingat bahwa setiap tindakan kita di dunia maya memiliki konsekuensi.
Bagi Bojes dan Lia, popularitas ini adalah ujian. Mereka harus belajar untuk mengelola sorotan publik, menjaga sikap, dan memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun masa depan yang lebih baik. Mereka harus ingat bahwa popularitas bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan yang penuh dengan liku dan tantangan.
Kisah mereka adalah cermin dari realitas kehidupan di era digital. Di mana batas antara privasi dan publik semakin kabur, dan popularitas bisa datang dan pergi dengan cepat. Namun, di tengah gemerlap dunia maya, nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta, empati, dan kebijaksanaan tetaplah yang utama.
Happy Wedding, Bojes dan Lia...
Semoga cinta kalian selalu tumbuh dan menguat seiring waktu.
Bersama dalam suka dan duka, saling melengkapi dan mendukung.
Selamat menempuh hidup baru, semoga kebahagiaan selalu menyertai.

Comments

Popular posts from this blog

Tak Jadi Santap Siang Bareng Presiden

Meraih emas kategori the best speakers (pembicara terbaik) pada ajang National School Debating Championship (NSDC) di Palu, Sulawesi Tengah pada 10–16 Agustus, bisa mengobati kekecewaan Agung Aulia Hapsah. Pasalnya, pelajar SMA 1 Tanah Grogot, Kabupaten Paser itu, harus merelakan kesempatan emas bertemu Presiden Joko Widodo. Pada saat bersamaan, Agung yang cukup terkenal sebagai salah satu YouTuber tersebut mendapat undangan makan siang bersama Presiden di Istana Negara bersama YouTuber nasional lainnya, seperti Arief Muhammad, Cheryl Raissa, dan Natasha Farani. Ali Hapsah, ayah Agung membenarkan hal itu. Pasalnya, Agung harus terbang ke Palu untuk mewakili Kaltim.  “Agung adalah salah seorang yang diundang Pak Presiden. Tapi tak bisa hadir, karena harus mengikuti lomba debat bahasa Inggris di Palu,” kata Ali Hapsah. Meski demikian, pria ramah itu mengaku bangga karena karya-karya Agung khususnya di bidang sinematografi, mendapat perhatian dari presiden. “Ap...

Agung Hapsah, Vlogger Muda Paser yang Menasional: Bikin Video Lucu, Viewer Sampai Ratusan Ribu

YouTuber, debater, dan filmmaker. Itulah identitas yang terpampang di akun YouTube Muhammad Agung Hapsah. AGUNG Hapsah. Sosok yang sangat familiar bagi pengguna YouTube. Ketik saja namanya di kolom pencarian situs berbagi video itu. Anda akan menemukan barisan video pendek yang semua inspiratif, lucu, menghibur. Lebih lagi, video yang ditayangkan tidak menyudutkan pihak lain. Pada slot bagian atas laman koleksi videonya di YouTube, ada Agung Hapsah dengan foto hitam putih. Berkacamata. Melirik ke kiri atas. Di bawah namanya tertulis 54 video --saat dibuka kemarin (13/6) pagi. Di bagian bawah lagi, video pendek karyanya berderet. Ada #ArapMaklum w/Agung Hapsah, GO-VIDEO 2016_ Lebih dari Transportasi, dan SALAH PRANK. 6 Fakta Unik tentang Agung Hapsah, dan JOMBLO yang melengkapi urutan lima besar deretan videonya. Tak ketinggalan, ada juga video berjudul Tips Cerdas Memanfaatkan YouTube ala Agung Hapsah. Video ya...

Conducting Community Development Work in Developing Countries

INTRUDUCTION In the last two decades, countries throughout the world including developed and developing countries were faced the dramatic impacts of global reformation. This new restructuring suggest that we are moving rapidly from the era of the nation states toward a global community dominated by regional market economies and growing interdependence. It has become routine for international observers to point out the surprising changes have taken place in all aspect of global life politically, economically, socially and even culturally. However, a real "new world order" remains mysterious. While experts may claim the global spread of democracy, political and economic instability has reached an unparalleled level. Among developing countries remain experience economic crisis. The gap between rich and poor has doubled in the past three decades, so that we now live in a world in which 20% of its people consume more than 80% of its wealth. During the 1980s, per capita incom...