Skip to main content

Dukunganmu Membuatku Bangga Padamu

Seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 16-18 Juli 2010, Perhimpunan Pelajar Indonesia Australiabaru saja menggelar acara Konferensi Internasional Pelajar Indonesia 2010. Acara ini merupakan kegiatan pamungkas saya selaku Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia dan Presiden Victoria University Indonesian Student Association (VUISA). Konferensi yang mempertemukan seluruh stakeholders pendidikan Indonesia berjalan dengan lancar bahkanbeyond dari ekspektasi saya. Ini tidak terlepas dari kerjasama yang sangat baik dari seluruh panitia konferensi yang berasal dari berbagai universitas di Melbourne dan juga dukungan penuh dari Victoria University selaku tuan rumah.
Sejujurnya, perasaan kekhawatiran menghantui pikiran saya sebelum acara ini terlaksana. Saya khawatir kalau Victoria University selaku tuan rumah acara konferensi tidak dapat memenuhi keinginan para peserta terutama para panitia yang berasal dari berbagai universitas. Saya memahami benar bahwa proses penunjukkan Victoria University sebagai tuan rumah tidak ditetapkan begitu saja tetapi melalui sebuah perdebatan yang cukup alot ditingkat panitia. Saya memahami juga bahwa beberapa universitas lain juga berkeinginan menjadi tuan rumah. Saya selaku bagian dari panitia pelaksana berada pada posisi ditengah antara Panitia KIPI dan pihak VU. Di satu sisi saya harus meyakinkan pihak teman-teman panitia KIPI untuk sepakat menjadikan
VU sebagai host, dan di sisi lain saya harus menyakinkan pihak VU untuk bersedia menjadi host. Disinilah kemampuan lobi seorang leader benar-benar diperlukan. Saya sangat bersyukur karena pada saat yang sama saya berhasil meyakinkan Deborah Tyler (Dekan International Faculty of Arts Education and Human development) dan supervisor saya, Prof. Richard Chauvel untuk bersedia menjadi tuan rumah dan pada sisi yang lain saya berhasil meyakinkan teman-teman Panitia bahwa Victoria University sangat layak menjadi tuan rumah.
Beberapa alasan yang saya sampaikan kepada rekan-rekan panitia untuk memilih VU adalah: (1) Posisi VU sangat strategis berada di tengah-tengah Melbourne CBD sehingga memudahkan akses bagi para peserta, (2) VU bersedia menyediakan seluruh venues yang dibutuhkan selama pelaksanaan konferensi. (3) VU bersedia menanggung biaya konsumsi peserta dan panitia selama konferensi dan (4) VU bersedia menanggung biaya akomodasi dan biaya antar jemput bandara bagi seluruh invited speakers.
Feedback yang sangat positif dari para peserta terkait dengan segala fasilitas yang disediakan oleh VU, serta segala kontribusi dan komitmen luar biasa yang ditunjukkan oleh pihak Victoria University dalam pelaksanaan KIPI 2010 semakin membuat saya bangga menjadi bagian dari universitas ini.

Comments

Popular posts from this blog

Tak Jadi Santap Siang Bareng Presiden

Meraih emas kategori the best speakers (pembicara terbaik) pada ajang National School Debating Championship (NSDC) di Palu, Sulawesi Tengah pada 10–16 Agustus, bisa mengobati kekecewaan Agung Aulia Hapsah. Pasalnya, pelajar SMA 1 Tanah Grogot, Kabupaten Paser itu, harus merelakan kesempatan emas bertemu Presiden Joko Widodo. Pada saat bersamaan, Agung yang cukup terkenal sebagai salah satu YouTuber tersebut mendapat undangan makan siang bersama Presiden di Istana Negara bersama YouTuber nasional lainnya, seperti Arief Muhammad, Cheryl Raissa, dan Natasha Farani. Ali Hapsah, ayah Agung membenarkan hal itu. Pasalnya, Agung harus terbang ke Palu untuk mewakili Kaltim.  “Agung adalah salah seorang yang diundang Pak Presiden. Tapi tak bisa hadir, karena harus mengikuti lomba debat bahasa Inggris di Palu,” kata Ali Hapsah. Meski demikian, pria ramah itu mengaku bangga karena karya-karya Agung khususnya di bidang sinematografi, mendapat perhatian dari presiden. “Apa yang dicapai Agun

Conducting Community Development Work in Developing Countries

INTRUDUCTION In the last two decades, countries throughout the world including developed and developing countries were faced the dramatic impacts of global reformation. This new restructuring suggest that we are moving rapidly from the era of the nation states toward a global community dominated by regional market economies and growing interdependence. It has become routine for international observers to point out the surprising changes have taken place in all aspect of global life politically, economically, socially and even culturally. However, a real "new world order" remains mysterious. While experts may claim the global spread of democracy, political and economic instability has reached an unparalleled level. Among developing countries remain experience economic crisis. The gap between rich and poor has doubled in the past three decades, so that we now live in a world in which 20% of its people consume more than 80% of its wealth. During the 1980s, per capita incom

Community Development: Between Expectation and Reality

INTRODUCTION Modernization promoted by western countries, followed by economic rationalism, has shown remarkable achievement. The presumption to its unquestionable success was based on the attaining of high performance of economic growth due to the high rate of investments in industrial sector. The development strategies following this approach is the achieving a maximum production by maximally managing resources with the purpose for people benefit. The principle of this strategy is that the increase of production would automatically increase the benefit for community. However, a range problem, including poverty, environmental deterioration, and the isolation of people from the development process, came up together with this sophistication.  It clearly indicates that this success unable to fulfil the most essential need for human being socially, economically and politically, which are the need for community to live with their environment harmonically, and the need for them to live in h