
Agak susah mendapatkan suasana kehidupan yang penuh religius di Negeri seperti Australia. Meskipun berbagai organisasi masyarakat muslim menggelar berbagai kegiatan, tetap saja tidak bisa menghapus kerinduan akan suasana religius yang sangat terasa selama bulan Ramadhan di kampung halaman.
Menjalankan ibadah puasa di negeri “sekuler” seperti Australia menjadi tantangan tersendiri. Tidak salah kalau ada seorang ustadz yang mengatakan bahwa orang yang benar-benar mampu menjalankan puasa di Australia mempunyai “nilai plus” ketimbang mereka yang melaksanakan puasa di negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim, seperti Indonesia. Alasannya karena tingkat godaannya lebih tinggi. Biasanya di kampung halaman selama sebulan penuh, rumah-rumah makan dilarang buka di siang hari. Rutinitas hiburan malam juga secara sadar meliburkan diri atau mengurangi kegiatan selama bulan Ramadhan. Di negeri seperti Australia, aturan-aturan tersebut tidak berlaku. Tidak ada suasana yang berbeda antara bulan Ramadhan dengan bulan-bulan lainnya. Restoran dan tempat-tempat hiburan berjalan seperti biasa, orang-orang yang tidak berpuasa bisa makan sepuas-puasnya ditempat-tempat yang terbuka tanpa harus berpikir bahwa ada umat Islam yang sedang berpuasa. Teman kuliah atau teman se kantor yang non muslim atau banyak diantara mereka yang mengaku tidak punya agama juga tidak ada perasaan malu atau risih makan disamping atau dihadapan kita.
Puasa kali ini di Australia sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, apalagi kalau saya bandingkan dengan pengalaman saya berpuasa pada tahun 2002-2004 yang lalu ketika saya sedang mengambil program Master. Tahun ini Ramadhan jatuh pada penghujung musim dingin untuk belahan dunia selatan. Dimusim dingin, waktu siang hari lebih pendek daripada waktu malam hari sehingga jarak antara Imsak dengan waktu berbuka puasa relatif pendek. Untuk hari pertama puasa misalnya, Imsak jatuh pada pukul 05.34 pagi dan waktu Magrib atau buka puasa jatuh pada pukul 05.44. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan waktu puasa ketika saya tinggal di Australia 8 tahun yang lalu. Karena Ramadhan tahun itu bertepatan dengan Musim Panas (Summer), selain cuaca relatif panas, jarak waktu Imsak dan buka puasa juga cukup panjang. Seingat saya, saat itu Imsak biasanya dimulai sekitar pukul 03.00 dini hari dan buka puasanya sekitar 09.30 malam. Dalam cuaca yang relatif panas, kecenderungan orang keluar rumah menggunakan pakaian yang sangat minim. Lagi-lagi menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi kaum Adam untuk benar-benar “mempuasakan” mata. Karena tahun ini cuaca masih cukup dingin, orang keluar rumah pun biasanya menggunakan pakaian yang lebih tertutup.
Bersambung ……
Comments
Post a Comment